Hati-hati! Bystander Effect dalam Grup Online

YThoughts
3 min readJul 19, 2021

--

sumber foto: pexels.com

Pernah dengar istilah “bystander effect”?

Sebelum mengetahui definisinya, saya ingin bertanya kepada kamu.

Apakah kamu pernah ragu menolong seseorang?

Bahkan, kamu malah berharap orang-orang disekitarmu yang menolongnya.

Baik, tahan jawabannya.

DEFINISI & LATAR BELAKANG

Bystander effect (efek pengamat) adalah suatu fenomena dalam psikologi dimana semakin banyak orang hadir, semakin ragu seseorang untuk menolong orang lain yang membutuhkan bantuan.

Konsep ini pertama kali dicetuskan oleh Bibb Latané dan Jon Darley. Latar belakangnya berawal dari kasus pembunuhan Catherine “Kitty” Genovese pada tahun 1964 di New York. Saat Genovese pulang ke apartemen selepas kerja, ia diserang dan ditikam oleh seorang pria. Walaupun ia sudah berteriak minta bantuan, tidak ada seorangpun di sekitar apartemen yang mencoba menelepon polisi — padahal mereka mendengar dan melihat kejadian tersebut. Akhirnya, Genovese pun meninggal. Bahkan, serangan pertama dimulai pukul 03.20, dan seseorang baru menelepon polisi tiga puluh menit setelahnya.

Cukup menyeramkan bukan? :’(

Sekarang, kita masuk ke topik yang ingin saya bicarakan. Saya ulangi lagi pertanyaan di awal yang dihubungkan dengan judul artikel.

Apakah kamu pernah ragu menjawab pertanyaan seseorang di grup Whatsapp/Line/aplikasi sejenis?

Bahkan, kamu malah berharap anggota grup lainnya yang akan menjawab atau merespon sang penanya.

Itu tandanya kamu sudah terkena bystander effect.

PENYEBAB

Mengapa bystander effect bisa terjadi?

1. Berkurangnya tanggung jawab karena kehadiran orang lain

Tanggung jawab diri sendiri berubah menjadi tanggung jawab bersama.

Contohnya, dalam grup kelas di Whatsapp, yang biasanya berjumlah 25–40 orang. Jika ada temanmu yang bertanya tentang detail tugas dari guru, kamu bingung apakah harus menjawabnya atau tidak. Padahal — jelas-jelas — kamu membaca sekaligus tahu jawaban dari pertanyaannya.

Kamu merasa bahwa teman yang lain pun punya tanggung jawab untuk merespon pertanyaan tersebut.

“Ah, sudahlah. Dari 40 orang, pasti ada yang menjawab. Kenapa harus aku?”

Harapan kita adalah semakin banyak orang di grup, akan semakin banyak orang yang menolong.

Nyatanya, tidak.

Yang sering orang-orang lakukan di grup media sosial adalah sekedar melihat dan melupakannya.

2. Kebutuhan untuk menunggu reaksi dari orang sekitar

Kamu memiliki kebutuhan untuk mengetahui apa yang dianggap benar oleh orang-orang pada umumnya.

Jika seseorang melemparkan pernyataan/pertanyaan di grup daring dan beberapa orang berkomentar, kamu merasa bahwa merespon pernyataannya adalah suatu hal yang benar.

Pada akhirnya, kamu ikut memberikan tanggapan.

Sebaliknya, jika seseorang melemparkan pernyataan/pertanyaan di grup dan tidak ada satu pun yang menjawab, kamu pikir orang lain juga menganggap hal itu tidak terlalu penting, dan akhirnya kamu pun mengacuhkannya.

Pada intinya, jika orang lain tidak berbuat apa-apa, begitu juga kamu.

Dimana bystander effect bisa terjadi?

Efek ini bisa terjadi di grup daring mana pun. Baik bersama orang-orang asing seperti grup webinar, komunitas online, atau grup baru yang belum saling kenal. Dapat juga bersama orang-orang yang tidak asing bagimu, seperti grup kelas atau grup keluarga.

CARA MENGHINDARINYA

Seringkali, langkah pertama menyelesaikan masalah adalah menyadari masalah tersebut.

Kita tak jarang hidup dalam ketidaksadaran. Seolah-olah hidup baik-baik saja, padahal kita memiliki sebuah masalah terpendam.

Menurut saya, bystander effect adalah penyakit yang tidak disadari orang-orang telah merambat ke dunia online.

Bagaimana cara menghindari bystander effect?

Kamu harus menyadari kecenderunganmu untuk melakukan perilaku ini ketika melihat ada yang membutuhkan pertolongan di grup daring.

Jika memang kamu tidak tahu jawabannya — maka setidaknya — jawablah: “maaf, ya. Aku tidak tahu”. Responlah ia yang membutuhkan bantuan.

Jika gurumu baru memberi materi di grup kelas, jangan hanya membacanya. Ucapkanlah terimakasih. Sesederhana itu.

Bukankah kamu juga senang apabila ditanggapi oleh para anggota di grup media sosialmu? ^^

Jadi..

Cobalah untuk merespon orang lain di grup daring-mu. Tak peduli seberapa banyak atau sedikit anggota grup tersebut.

Takut salah? salah ketika belajar bukanlah kesalahan.

Responmu yang sedikit, mungkin bisa berarti bagi mereka. Mereka akan merasa senang saat kamu menanggapi mereka.

Bukankah saat kamu bertanya di grup, lalu ada satu orang yang menjawabnya, lantas kamu merasa ia menghargaimu dibanding yang lainnya?

Begitu juga orang lain. Mereka merasakan hal yang sama.

Menurut pandangan saya — jika berinisiatif, akan menjadikan kamu lebih dipercaya orang lain.

Hal ini juga diharapkan berdampak pada peningkatan kepercayaan dirimu untuk berbicara di grup tersebut, seiring dengan seringnya kamu merespon dan menanggapi.

“Yang paling menyakiti korban bukanlah kekejaman si penindas, tetapi kesunyian para pengamat.”

— Elie Wiesel (novelis)

Yuk, putuskan lingkaran setan bystander effect (efek pengamat), dimulai dari dirimu sendiri, dimulai dari grup-grup media sosialmu :)

sumber:

--

--

YThoughts
YThoughts

Written by YThoughts

I write to clarify my thoughts while sharing with others.

No responses yet